Safety stock (juga disebut buffer stock) adalah istilah yang digunakan oleh logistik untuk menggambarkan tingkat stok ekstra yang dipertahankan untuk mengurangi risiko stockouts (kekurangan bahan baku atau kemasan) karena ketidakpastian pasokan dan permintaan. tingkat safety stock yang cukup ijin usaha untuk melanjutkan sesuai dengan rencana mereka . Keselamatan saham diadakan ketika ada ketidakpastian di tingkat permintaan atau lead time untuk produk;. ia berfungsi sebagai asuransi terhadap stockouts.
CARA MENENTUKAN SAFETY STOCK
Ada 3 komponen yang menjadi pertimbangan dalam menentukan safety stock:
1. Variasi permintaan. Sangat jarang sekali kita menemukan kasus dimana permintaan itu stabil apalagi sama tiap bulannya. selalu ada variasi permintaan. Logikanya semakin tinggi variasi permintaan dari waktu ke waktu, pasti peluang untuk terjadi stock out (kekurangan persediaan saat ada permintaan) akan semakin besar. Oleh karena itu, faktor variasi permintaan ini pun harus berbanding lurus dengan safety stock yang harus kita siapkan.
2. Lead time. Ada berbagai macam lead time mulai dari lead time produksi, leadtime transportasi, leadtime inspeksi, dan atau leadtime yang lain bergantung terminologi tiap-tiap perusahaan. Yang jelas sejak suatu produk dipesan hingga dideliver kepada yang memesan, waktu yang dibutuhkannya juga bervariasi. Kadang kala seminggu selesai. Di lain waktu bisa sampai 2 minggu atau lebih. Seperti halnya variasi permintaan, maka semakin besar leadtime-nya maka harus semakin besar pula safety stock yang kita butuhkan.
3. Service level. Setiap perusahaan perlu menetapkan berapa service level yang diberikan kepada pelanggannya. Secara sederhana, kalau ada 100 permintaan, berapa banyak yang dapat kita tolerir untuk tidak terpenuhi? jika hanya 5, maka service level kita adalah 95%. idealnya memang 100%, tetapi itu berarti kita harus menyediakan safety stock yang sangat besar. Karena safety stock adalah inventory, maka uang yang tertanam di situ harus diperhatikan.
Jika variasi permintaan diwakilkan oleh sigma, leadtime dilambangkan dengan L, serta service level kita kaitkan dengan z (biasanya diasumsikan mengikuti distribusi normal), maka safety stock dapat dihitung sebagai
Ada 3 komponen yang menjadi pertimbangan dalam menentukan safety stock:
1. Variasi permintaan. Sangat jarang sekali kita menemukan kasus dimana permintaan itu stabil apalagi sama tiap bulannya. selalu ada variasi permintaan. Logikanya semakin tinggi variasi permintaan dari waktu ke waktu, pasti peluang untuk terjadi stock out (kekurangan persediaan saat ada permintaan) akan semakin besar. Oleh karena itu, faktor variasi permintaan ini pun harus berbanding lurus dengan safety stock yang harus kita siapkan.
2. Lead time. Ada berbagai macam lead time mulai dari lead time produksi, leadtime transportasi, leadtime inspeksi, dan atau leadtime yang lain bergantung terminologi tiap-tiap perusahaan. Yang jelas sejak suatu produk dipesan hingga dideliver kepada yang memesan, waktu yang dibutuhkannya juga bervariasi. Kadang kala seminggu selesai. Di lain waktu bisa sampai 2 minggu atau lebih. Seperti halnya variasi permintaan, maka semakin besar leadtime-nya maka harus semakin besar pula safety stock yang kita butuhkan.
3. Service level. Setiap perusahaan perlu menetapkan berapa service level yang diberikan kepada pelanggannya. Secara sederhana, kalau ada 100 permintaan, berapa banyak yang dapat kita tolerir untuk tidak terpenuhi? jika hanya 5, maka service level kita adalah 95%. idealnya memang 100%, tetapi itu berarti kita harus menyediakan safety stock yang sangat besar. Karena safety stock adalah inventory, maka uang yang tertanam di situ harus diperhatikan.
Jika variasi permintaan diwakilkan oleh sigma, leadtime dilambangkan dengan L, serta service level kita kaitkan dengan z (biasanya diasumsikan mengikuti distribusi normal), maka safety stock dapat dihitung sebagai
No comments:
Post a Comment