Reporting

SelmaShafaSandhika

Meeting : Aer - Ronald soetedjo


Awal kematangan berpikir dan kematangan emosional seseorang terjadi pada usia 30 atau 33 tahun. Sementara puncak kematangan manusia jatuh pada usia 40 tahun.
Pada usia 40 manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan melangkah ke usia dewasa yang sebenar-benarnya.
Doa yang terdapat dalam ayat tersebut dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang berusia 40 tahun atau lebih. Di dalamnya terkandung penjelasan yang jelas bahwa mereka telah menerima nikmat yang sempurna, kecenderungan untuk beramal yang positif, telah mempunyai keluarga yang harmoni, kecenderungan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah.
Share:

5 Musuh terBesar Bisnis Retail




Industri retail terus mengalami perubahan di setiap tahun dan selalu saja ada tantangan baru yang harus dihadapi oleh para pemain dalam industri yang kompetitif ini. Sejak tahun 2017, ada banyak perusahaan retail besaryang gulung tikar dan mungkin fenomena ini juga akan tetap berlanjut di tahun ini. Di Indonesia sendiri, pada tahun lalu sudah ada beberapa perusahaan retail terkenal yang memutuskan untuk menutup toko-toko mereka, di antaranya yakni Debenhams, Lotus, dan 7-Eleven. Fenomena ini memang terkesan menakutkan, akan tetapi ini bukanlah akhir dari bisnis retail.
Meskipun kita menyaksikan beberapa perusahaan retail besar yang telah bangkrut, tetapi masih ada banyak perusahaan retail lainnya yang berhasil bertahan dan bahkan semakin mengembangkan bisnis mereka. Mereka telah terbukti mampu menghadapi berbagai tantangan utama dalam industri ini. Lalu, apa saja tantangan yang biasa dihadapi oleh pemain bisnis retail? Berikut ini adalah enam tantangan besar dalam industri retail dan solusi untuk menghadapinya yang kami rangkum dari berbagai artikel bisnis ternama.

1. Mengikuti Permintaan Konsumen yang Berubah-Ubah

Preferensi konsumen akan selalu berubah-ubah, bahkan terkadang lebih cepat dari yang Anda bayangkan. Sebagai pemilik bisnis retail, Anda harus bisa mengikuti trend di setiap musim dan kebiasaan belanja konsumen. Anda tidak perlu mengubah produk-produk Anda secara total di setiap musim, Anda hanya perlu menambahkan sentuhan yang berbeda pada produk Anda sesuai dengan trend saat itu. Singkatnya, Anda tidak boleh lupa berinovasi pada produk-produk Anda!

2. Mempertahankan Loyalitas Pelanggan

Pengalaman pelanggan yang baik merupakan faktor utama dalam menciptakan loyalitas pelanggan terhadap brand. Salah satu kesalahan umum yang dilakukan oleh retaileradalah membiarkan pelanggan lamanya pergi dan berpikir bahwa mereka bisa mudah menggantinya dengan pelanggan-pelanggan baru. Pola pikir seperti ini bisa membuat perusahaan Anda sulit bertahan lama.
Promosi dan penawaran khusus masih menjadi metode andalan pebisnis retail untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang baik. Akan tetapi, kunci utamanya sebenarnya ada pada personalisasi. Untuk membuat pelanggan Anda loyal, Anda perlu mendekati mereka secara personal, misalnya dengan mengirimkan SMS dan email yang telah disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan mereka. Sistem CRM bisa membantu Anda menyimpan data lengkap pelanggan Anda dan membantu mengirim email marketing yang dipersonalisasi secara lebih mudah.

3. Mengelola Komunikasi Internal

Bisnis retail memiliki operasi yang lumayan kompleks dan mengelola komunikasi internalnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Tantangan ini terutama dihadapi oleh perusahaan retail berskala besar yang memiliki banyak divisi. Komunikasi yang tidak efisien antar divisi bisa menghambat kelancaran operasi bisnis retail.
Pebisnis retail harus memiliki suatu sistem untuk menyederhanakan proses komunikasi internalnya. Sistem ERP bisa menjadi solusi yang tepat untuk mengelola komunikasi internal dalam perusahaan retail. Perangkat lunak ini memudahkan Anda memusatkan seluruh operasi bisnis Anda dalam satu sistem, melihat laporan real-time yang lengkap dari setiap divisi, memberikan tugas kepada staf yang tepat secara otomatis, dan memastikan seluruh proses berjalan dengan semestinya.

4. Meningkatkan Kinerja Staf

Retail merupakan salah satu industri dengan tingkat pergantian karyawan yang paling tinggi. Inilah mengapa meningkatkan kinerja staf adalah salah satu tantangan terberat dalam industri retail. Sementara itu, mengganti staf lama dengan yang baru membutuhkan tenaga dan biaya yang yang tidak sedikit.
Solusi untuk menghadapi tantangan ini adalah dengan meningkatkan keterlibatan karyawan dalam perusahaan Anda. Sebagai pemimpin, Anda harus bisa menjadi contoh yang baik bagi karyawan Anda. Berikan pelatihan secara berkala untuk mengoptimalkan kompetensi mereka. Untuk memudahkan Anda menggali potensi dan mempertahankan staf Anda, pertimbangkan untuk menggunakan bantuan solusi otomatis seperti sistem manajemen HRatau sistem manajemen kompetensi.

5. Berpacu dengan Era Digital

Perilaku konsumen berubah dengan sangat cepat. Kini dengan semakin meningkatnya pertumbuhan eCommerce, konsumen lebih punya banyak pilihan sebelum membuat keputusan pembelian. Meskipun kehadiran eCommerce memiliki efek pada perubahan perilaku konsumen, tetapi penelitian membuktikan bahwa konsumen tetap suka melakukan pembelian untuk sebagian besar produk di toko fisik. Mereka biasanya menggunakan internet untuk mencari informasi seputar produk dan membandingkan harganya, tetapi pada akhirnya akan tetap membelinya secara offline.
Seharusnya, fenomena pertumbuhan eCommerce tidak dianggap sebagai ancaman bagi pebisnis retail, melainkan sebagai peluang. Anda bisa menggabungkan bisnis Anda secara online dan offlineForbes mengatakan bahwa tingkat penjualan perusahaan retail yang memiliki website lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak. Pemasaran omnichannel bisa membantu Anda menjangkau audience yang lebih luas. Mudahkan konsumen dalam mencari informasi dan melakukan pemesanan untuk produk Anda melalui solusi eCommerce dan optimalkan dengan memasarkan produk Anda di mesin pencarian dan media sosial.

6. Menemukan Solusi Teknologi Terbaik untuk Industri Retail

Kini sudah ada banyak teknologi yang dikembangkan untuk berbagai bisnis. Harga dan manfaat yang ditawarkan juga bermacam-macam. Pengusaha retail mencari solusi otomatis terbaik untuk menyederhanakan proses bisnis mereka dan sering kali pilihan mereka jatuh kepada produk yang salah. Mengapa ini bisa terjadi?
Pertama, produk yang dipilih tidak dibuat khusus untuk industri retail sehingga tidak dapat benar-benar bisa membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh pebisnis retail. Kedua, produk yang dipilih sangat sulit untuk diimplementasikan sehingga bukannya memudahkan, malah justru membingungkan. Berinvestasi pada teknologi yang salah hanya akan menghambur-hamburkan uang perusahaan.
Sebaiknya, Anda memilih sistem yang memang dibuat khusus untuk membantu Anda mengotomatiskan seluruh aktivitas dalam bisnis retail, seperti pengelolaan inventaris, pemasaran, pengontrolan pembelian, penanganan prospek dan pelanggan, dan lain-lainSelain mudah digunakan, software yang Anda pilih sebaiknya juga memberikan kemudahan integrasi dengan sistem-sistem lainnya, misalnya integrasi dengan barcode, POS, dan lain-lain. Yang paling penting, Anda harus memahami kebutuhan Anda dengan sangat baik sehingga ini akan mempercepat Anda menemukan software yang tepat dan membantu Anda mengatur budget dengan lebih bijak.
Share:

Visit Store BSD : Disaster Recovery Plan



Disaster Recovery Planning (DRP) adalah proses, kebijakan, dan prosedur yang berkaitan dengan persiapan untuk pemulihan atau kelanjutan dari infrastruktur teknologi yang penting bagi organisasi setelah bencana, baik karena alam ataupun ulah manusia. Dapat disimpulkan bahwa Disaster Recovery Planning (DRP) merupakan bagian dari Business Continuity Planning (BCP).(3) Akan tetapi juga terdapat sumber yang menyebutkan bahwa DRP adalah sama dengan BCP.
Disaster Recovery Planning (DRP) dan Business Continuity Planning (BCP) membahas mengenai perencanaan untuk keadaan darurat yang mengancam kelangsungan bisnis dan meneruskan bisnis tersebut walaupun terjadi bencana. Tujuan dari BCP dan DRP adalah menjaga bisnis tetap beroperasi meskipun ada gangguan dan menyelamatkan sistem informasi dari dampak bencana lebih lanjut.











Recovery Planning adalah:
  • Informasi kontak personil (personnel contact information)
  • Back up situs (back up site)
  • Pedoman perencanaan (manual plan)
  • Inventaris hardware
  • Inventaris software
  • Vendors
  • Backup Data
  • Disaster Action Checklist
  • Uji perencanaan (test the plan)
Disaster Recovery Planning harus menangani tiga bidang, yaitu:(4)
  1. Prevention (pra-bencana): Pra-perencanaan diperlukan (seperti menggunakan server mirror, memelihara situs hot sites, pelatihan tenaga pemulihan bencana) untuk meminimalkan dampak keseluruhan bencana pada sistem dan sumber daya. Pra-perencanaan ini juga memaksimalkan kemampuan sebuah organisasi untuk pulih dari bencana.
  2. Continuity (saat bencana): Proses pemeliharaan inti, mission-critical sistem dan sumber daya “kerangka” (aset minimal yang dibutuhkan untuk menjaga sebuah organisasi dalam status operasional) dan/atau menginisiasi hot sites sekunder selama bencana. Langkah-langkah continuitymenjaga sistem dan sumber daya perusahaan.
  3. Recovery (pasca bencana): Langkah-langkah yang diperlukan untuk pemulihan dari semua sistem dan sumber daya untuk menjadi status operasional normal. Organisasi dapat mengurangi waktu pemulihan dengan berlangganan ke quick-ship programs (penyedia layanan pihak ketiga yang dapat memberikan pra-konfigurasi penggantian sistem untuk setiap lokasi dalam jangka waktu yang tetap) atau dapat juga disebut dengan vendor.
Disaster Recovery Planning (DRP) sangat penting bagi perusahaan agar operasional perusahaan dapat tetap berjalan meskipun terjadi bencana. Apabila operasional perusahaan terhambat, maka perusahaan pun akan mengalami kerugian.

Tindakan kongkrit saran :
1.Terkait back up power genset : mengurangi beban dengan cara mematikan AC dan mesin tingting.
2.Training berkala penggunaan genset.
3.Peningkatan penjualan : Melengkapi master katalog (example katalog Shower box, Ariston dsb)....










Share:

Meeting : Be Creative !




Seni menghubungkan informasi menjadi gagasan baru. Gagasan spektakuler adalah buah dari berpikir kreatif. Bagi yang menggunakan referensi taksonomi Bloom, berpikir kreatif ini ada di level yang lebih tinggi dari berpikir kritis. Dimensi proses kognitif secara berurut dimulai dari remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (mengaplikasikan), analyzing (menganalisis), evaluating (mengevaluasi), hingga creating (membuat/ menciptakan). Berpikir kritis ada di level menganalisis dan mengevaluasi, sementara berpikir kreatif ada di level membuat dan menciptakan. Lalu apakah artinya untuk dapat berpikir kreatif, seseorang harus mampu berpikir kritis terlebih dahulu? Mungkinkah berpikir kritis dan berpikir kreatif dapat dilakukan secara simultan?

Share:

Meeting : Mr.Sumarlin - The Pursuit of Happyness


The Pursuit of Happyness adalah salah satu film biografi terbaik pada masanya. Film yang dirilis tahun 2006 mengangkat kisah lika liku hidup pengusaha sekaligus filantropis bernama Chris Gardner. Dibintangi oleh Will Smith (Chris Gardner), Jaden Smith (Chris Gardner Jr.) dan Thandie Newton (Linda Gardner), film ini bisa bikin banjir air mata akibat dramatisasi perjuangan hidup sang pialang saham.
Inilah enam pesan berharga yang bisa kamu dapat dari film The Pursuit of Happyness. Semoga menginspirasimu, ya!

1. Jangan menyerah memperjuangkan cita-cita

Columbia Pictures
Bila kamu tengah mencari sosok yang punya determinasi tinggi, cobalah mengamati karakter Chris Gardner.
Sosok pria berkulit hitam ini menghabiskan seluruh uang tabungannya untuk berinvestasi mesin pemindai kepadatan tulang. Sejumlah dokter maupun rumah sakit menilai harga yang ditawarkan Chris terlalu mahal. Alhasil, ia harus berusaha ekstra menjual mesinnya itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Bila ia tak berhasil menjual setidaknya dua unit mesin dalam sebulan, biaya hidupnya tidak akan tertutupi.

2. Cerdas mengamati lingkungan sekitar

Columbia Pictures
Saat Chris berjalan melewati depan kantor pialang saham Dean Witter, ia iseng bertanya kepada salah satu broker. "Bagaimana caranya kamu bisa memiliki mobil sebagus itu?," tanya Chris. Lantas broker tersebut menjawab bila dirinya bekerja sebagai broker saham. Dari situlah, Chris mengirimkan surat lamarannya kepada pihak Dean Witter.
Ia terus mencoba mendekati pimpinan, mengikuti proses pelatihan, dan diterima sebagai pegawai baru di Dean Witter.

3. Setia terhadap pasangan

Columbia Pictures
Saat Chris berada di titik terbawah dalam hidupnya, sang istri bernama Linda memilih meninggalkan suami dan anaknya untuk mencari kehidupan baru.
Sikap Linda adalah contoh yang sebaiknya tak patut dicontoh. Ia tak menunjukkan dukungan terhadap suaminya yang berusaha mencari jalan keluar dari kesulitan ekonomi.
Share:

Do more with less



“do more with less” bisa berarti penggunaan teknologi terbaru yang memungkinkan proses bisnis dan orang bekerja menjadi lebih efisien, efektif, dan produktif.


“Do more with less” untuk proses terbilang banyak ragamnya. Sebut saja misalnya Total Quality Management, Continous Improvement, Kaizen, Business Process Management, Business Process Engineering, Business Process Improvement. Apapun istilah yang digunakan, inti perbaikan proses adalah menghilangkan berbagai waste. Intisari dari perbaikan proses bisnis adalah memastikan bahwa berbagai proses dan aktivitas penciptaan nilai berjalan sebagaimana mestinya.

Tulisan ini fokus pada pembahasan tentang “do more with less” dari aspek sumber daya manusia. Apapun pendekatannya (people, process, dan technology), substansi dan tujuan dari “do more with less” adalah memastikan penciptaan nilai yang efektif, efisien, dan produktif. Jika pada akhirnya terjadi pengurangan karyawan, itu bukan tujuan, melainkan konsekuensi.

***

Menjelaskan mantra “do more with less” kepada para pesepakbola jauh lebih mudah  daripada menjelaskannya kepada karyawan perusahaan. Sebab, jumlah pemain dalam satu kesebelasan sudah pasti 11, tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi. Kalau dikurangi, maka namanya menjadi futsal, atau kalau 2 lawan 2 menjadi “sepakbola pantai”.

Bagi pesepakbola, mantra “do more with less” dipahami sangat sederhana, yaitu “do more productive”. More productive bisa dicapai melalui peningkatan kompetensi dan kapabilitas pesepakbola, perbaikan strategi dan proses permainan sepakbola.

Sejatinya, itulah makna sesungguhnya dari “do more with less”. Tujuan dari “do more with less” bukan untuk pengurangan karyawan (meskipun konsekuensi akhir juga bisa berupa pengurangan karyawan). Melakui training and development, job enrichment, job enlargement, employee engagement, maka peningkatan produktivitas karyawan dan perusahaan akan sangat mungkin dicapai. Tetapi apa boleh buat, kecurigaan dan prasangka lebih kuat daripada fakta.

Perbedaan utama antara job enlargement dan job enrichment diwakili oleh kata kuantitas dan kualitas. Job enlargement merujuk pada kuantitas, dan job enrichment “berjodoh” dengan kualitas. Dalam job enlargement, jumlah tugas yang diperbanyak. Sedangkan dalam job enrichment, tanggung jawab yang ditingkatkan.

Job Enlargement

“Job enlargement means to add more duties, and an increased workload. By job enlargement refers to having additional duties and responsibilities in a current job description.” (www.management-hub.com)

Di sepakbola, job enlargement bisa ditemukan pada posisi back dan gelandang. Pada mulanya, job description asli dari back adalah terbatas mengamankan wilayah pertahanan. Back juga menjadi orang pertama yang bertanggung jawab mengadakan serangan balik. Sementara gelandang bertugas ganda, yaitu membantu serangan dan membantu pertahanan.

Olahraga sepakbola moderen menuntut back untuk membantu serangan, terutama dari sisi sayap. Itulah sebabnya kemudian dikenal istilah “back sayap” (wing back). Di era sepakbola moderen, seorang back yang hanya memiliki kompetensi dan kapabilitas bertahan saja (disebut sebagai back murni), kalah bersaing dengan wing back (back yang memiliki kompetensi  bertahan dan membantu penyerangan sama baiknya).

Demikian juga dengan pemain gelandang. Meskipun masih ada spesialisasi gelandang bertahan dan gelandang menyerang, seorang gelandang yang memiliki kompetensi bertahan dan menyerang sama baiknya, lebih eksis dan menjadi tumpuan harapan pelatih. Singkat kata, pesepakbola yang memiliki kompetensi dan kapabilitas lengkap dan bisa ditempatkan di posisi mana saja, akan menjadi pilihan utama bagi pelatih.



Image courtesy of http://www.zonalmarking.net

Job Enrichment

“In job enrichment, the attempt is to build in to jobs a higher sense of challenge and achievement. The accumulation of achievement must lead to a felling of personal growth accompanied by a sense of responsibility”. (www.management-hub.com). Definisi lain mengatakan bahwa “the difference between jobenrichment and jobenlargement is quality and quantity. Job enrichment means improvement, or an increase with the help of upgrading and development.  By job enrichment, an employee finds satisfaction in respect to their position and personal growth potential. (http://www.differencebetween.net/)

Saya “menterjemahkan” pemahaman tentang job enrichment di sepakbola adalah strategi total football yang diperagakan oleh timnas Belanda. Dalam strategi total football, semua pemain terlibat aktif dalam proses menyerang dan bertahan. Konsekuensinya, kompetensi dan kapabilitas pesepakbola dituntut lebih istimewa. Dalam total football, persyaratan untuk masuk menjadi anggota tim yang “dipersulit” (baca : ditingkatkan). Sebab, dalam total football, tanggung jawab seorang pesepakbola dinaikkan ke tingkat yang tidak dicapai oleh sembarang orang.

Engagement

Corporate Leadership Council (2004) mendifinisikan employee engagement sebagai “the extent which employees commit to something or someone in their organization, how hard they work and how long they stay as a result of that commitment.”

Employee engagement dapat terjadi di tingkat cognitive, emotional, dan perilaku (behavioral).  Konrad (2006) menjelaskan sebagai berikut : “Cognitive engagement refers to employee’s beliefs about the company, its leaders and the workplace culture. The emotional aspect is how employees feel about the company, the leaders and their colleagues. The behavioral factor is the value-added component reflected in the amount of efforts employees put into their work (e.g., brainpower, extra time and energy).”

Engagement sering dihubungkan dengan employee satisfaction, employee turnover, dan employee performance. Secara umum, ada korelasi positif dan pengaruh employee engagement dengan employee satisfaction, employee turnover, dan employee performance. (Catatan Redaksi : mengenai hubungan dan pengaruh berbagai variabel tersebut, akan dijelaskan secara terpisah dalam tulisan tentang “Employee Engagement”).

Secara umum dapat dihipotesakan, bahwa semakin tinggi tingkat employee engagement, maka semakin tinggi employee satisfaction, semakin rendah tingkat employee turnover, dan semakin tinggi tingkat employee performance. Meningkatnya kinerja karyawan akan berdampak terhadap kinerja perusahaan.

***

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan job englargement, job enrichment dan employee engagement ditujukan untuk meningkatkan employee satisfaction sehingga berdampak pada produtivitas kerja setiap karyawan. Dalam konteks ini, less tidak bermakna jumlah karyawan yang lebih sedikit. Jumlah karyawan relatif sama, tetapi produktivitas kerja meningkat.

At the end of the day, jika kemudian terjadi pengurangan karyawan, itulah “harga” (baca : risiko) dari sebuah perubahan. No risk no gain.  Peningkatan gain akan selalu “dikuntit” oleh risiko. Last but not least, risiko adalah keadaan yang belum tentu terjadi. Karena itu, dalam proses perbaikan apapun – termasuk dalam program-program do more with less – penting bagi manajemen perusahaan memiliki peta risiko dan mitigasi risiko yang berhubungan dengan SDM perusahaan.
Share:

The GRIT Man : Playmaker yang low profile

Grit: Gabungan Kekuatan Passion dan Ketekunan

Ada yang Lebih Penting dari IQ, yakni Ketabahan Hati (Grit)


Grit sendiri sebenarnya sebuah istilah berbahasa Inggris yang memiliki makna sejajar dengan daya juang. Dalam psikologi, Grit atau daya juang ini secara positif merupakan keinginan seseorang secara individu yang digerakan oleh sebuah keinginan untuk mencapai sebuah pencapaian yang diinginkan.

Dalam dunia yang serba mendewakan kesuksesan ini, seringkali kita terpancing untuk berpikir IQ merupakan tolok ukur yang paling baik untuk kecerdasan kita. IQ juga menjadi salah satu faktor yang membuat kita kelihatan tidak nyaman dan terus-menerus menyalahkan keadaan sekitar, termasuk keberhasilan dalam mengelola dan merencanakan keuangan.
Padahal, ada hal yang lebih penting dari IQ, yakni ketabahan hati atau yang disebut juga dengan grit. Berikut ini adalah ulasan mengapa grit atau ketabahan hati lebih penting dibandingkan dengan sekadar IQ dalam rangka pengelolaan keuangan yang matang:
1. Ketabahan Hati Mendorong Kita untuk Terus Maju
Mungkin IQ atau kecerdasan intelektual merupakan hal-hal yang membuat orang terlihat seperti “Semar” di luarnya. Namun jangan lupa, karena tidak ada kecerdasan yang dibentuk tanpa usaha, termasuk IQ.
Ketabahan hati lebih dari sekadar usaha. Manusia boleh berusaha sekuat tenaga, namun pada akhirnya, mereka yang memiliki ketabahan hati-lah yang menang. Ketabahan hati adalah saat di mana kita terus berjuang dan berjuang, bahkan setelah kita mengalami penolakan atau kegagalan berkali-kali, termasuk dalam bidang keuangan.
Semangat berjuang yang dimiliki orang-orang yang memiliki ketabahan hati ini membuat mereka terus terdorong untuk maju. Hasilnya, hampir semua orang yang memiliki semangat berjuang tinggi dan hati yang tabah berhasil dalam banyak macam lomba tingkat nasional maupun internasional, seperti LKTI, lomba debat, olimpiade matematika, dan semacamnya.
Tidak berhenti sampai di sana, mereka yang memiliki ketabahan hati akan lebih dapat memotivasi diri mereka dalam hal mengelola keuangan dibandingkan mereka yang hanya berpatokan pada kecerdasan saja. Ini dikarenakan mereka terus termotivasi mencari cara untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik tiap harinya dibandingkan mereka yang terbuai dengan IQ semata.
2. Memicu Kita untuk Menjadi Individu yang Rajin
Sekarang, coba lihat orang-orang yang selalu memandang iri orang lain yang kelihatan lebih punya IQ tinggi, lebih berhasil, lebih sukses, dan sebagainya. Lihatlah kesamaan mereka: Apa yang Anda dapatkan? Ya, orang-orang yang terbuai dalam iri hati dan dengki mereka ini cenderung menjadi orang-orang yang malas berusaha.
Jangan percaya soal adanya rasa iri yang dapat memotivasi kita untuk terus bangkit dan mengalahkan musuh, karena sesungguhnya itu semua tidak pernah ada. Yang ada, orang-orang yang suka iri hati dengan hal-hal yang tidak ia miliki (termasuk IQ) ini merupakan calon orang-orang “gagal” dalam kehidupan mereka karena berpikir tidak pernah bisa berkompetisi dengan orang yang “tidak selevel” dengannya.
Lain halnya dengan mereka yang memiliki ketabahan hati, di mana ketabahan hati membuat mereka dapat terus mengasah potensi mereka dan tekun mengejar apa yang menjadi passion mereka. Pada akhirnya, mereka akan sama (atau mungkin, lebih) cerdasnya dengan mereka yang menggunakan IQ sebagai “senjata utama”, karena waktu yang mereka investasikan untuk kegiatan yang merangsang minat dan tujuan sukses mereka tidak akan terbuang dengan sia-sia.
Imbasnya, mereka menjadi orang-orang yang berpenghasilan lebih tinggi dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan faktor superfisial seperti IQ. Penghasilan lebih tinggi untuk selanjutnya memungkinkan mereka mengalokasikannya ke berbagai hal yang mereka senangi dalam hidup, sehingga menjadikan ketabahan hati atau grit lebih penting dibandingkan IQ.
3. Dapat Menolong Kita Menemukan Jati Diri Kita Sesungguhnya
Berbeda dengan IQ yang subjektif terhadap pandangan seseorang, grit merupakan sesuatu dalam diri yang tidak bisa diukur hanya dengan teknologi ilmiah terkini. Alasannya, grit atau ketabahan hati adalah sesuatu yang ditemukan dalam diri tiap kita, dan itu merupakan “jiwa” dari pekerjaan yang hanya kita dapat mengaksesnya.
Dengan mementingkan ketabahan hati atau grit di atas IQ, kita akan tertolong dalam menemukan tujuan jiwa kita yang paling dalam. Imbasnya, kita akan lebih mengenal diri kita sendiri dan tidak sibuk mengurusi urusan orang lain seperti halnya mereka yang iri dengan IQ kita dan sebaliknya.
Karena kita lebih dapat mengerti diri sendiri, maka kita pun akan mengetahui apa saja yang baik maupun tidak baik bagi diri kita. Kita pun dapat lebih leluasa memilih berinteraksi atau membangun hubungan dengan siapapun yang kita pikir dapat membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam hal keuangan, hal tersebut akan menolong kita untuk menemukan networking dan cara-cara perencanaan keuangan yang benar untuk diri kita. Mungkin kita tidak memiliki IQ atau kecerdasan yang lebih tinggi dari orang lain, tapi paling tidak, dengan grit atau ketabahan hati yang kita miliki, kita akan dapat meraih kesuksesan finansial dengan pertama-tama memilih produk keuangan yang sesuai dengan diri kita.
Singkatnya, grit atau ketabahan hati lebih penting dibandingkan IQ, mengingat ketabahan hati yang merupakan komposisi dari usaha keras dan mendalami passion dapat memotivasi kita untuk lebih maju, memicu kita menjadi individu yang rajin, dan dapat menolong kita menemukan jati diri kita sebenarnya. Pada akhirnya, ketabahan hati-lah yang akan menuntun kita pada kemerdekaan finansial yang kita inginkan, bukan IQ.




Share:

Hasan Al-Bashri

  1. Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan jatuh ke tangan orang lain, maka hatiku menjadi tenang.
  2. Aku tahu bahwa tugasku tidak akan dikerjakan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengannya.
  3. Aku tahu bahwa Allah selalu melihatku, maka aku malu jika aku menjatuhkan diriku dalam lumpur dosa.
  4. Aku tahu bahwa ajal itu pasti datang, maka aku selalu bersiap2 menantinya.

La Tahzan

Terimalah rezeki, isteri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda hari ini dengan penuh keridhaan. Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian dan kebencian. .

Definition List

Definition life
God grant me the serenity to accept the things I cannot change .
the courage to change the things I can
and the wisdom to know the difference.

Support

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan Maka, Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. La Tahzan Aidh al-Qarni.