Home »
» Do more with less
Do more with less
“do more with less” bisa berarti penggunaan teknologi terbaru yang memungkinkan proses bisnis dan orang bekerja menjadi lebih efisien, efektif, dan produktif.
“Do more with less” untuk proses terbilang banyak ragamnya. Sebut saja misalnya Total Quality Management, Continous Improvement, Kaizen, Business Process Management, Business Process Engineering, Business Process Improvement. Apapun istilah yang digunakan, inti perbaikan proses adalah menghilangkan berbagai waste. Intisari dari perbaikan proses bisnis adalah memastikan bahwa berbagai proses dan aktivitas penciptaan nilai berjalan sebagaimana mestinya.
Tulisan ini fokus pada pembahasan tentang “do more with less” dari aspek sumber daya manusia. Apapun pendekatannya (people, process, dan technology), substansi dan tujuan dari “do more with less” adalah memastikan penciptaan nilai yang efektif, efisien, dan produktif. Jika pada akhirnya terjadi pengurangan karyawan, itu bukan tujuan, melainkan konsekuensi.
***
Menjelaskan mantra “do more with less” kepada para pesepakbola jauh lebih mudah daripada menjelaskannya kepada karyawan perusahaan. Sebab, jumlah pemain dalam satu kesebelasan sudah pasti 11, tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi. Kalau dikurangi, maka namanya menjadi futsal, atau kalau 2 lawan 2 menjadi “sepakbola pantai”.
Bagi pesepakbola, mantra “do more with less” dipahami sangat sederhana, yaitu “do more productive”. More productive bisa dicapai melalui peningkatan kompetensi dan kapabilitas pesepakbola, perbaikan strategi dan proses permainan sepakbola.
Sejatinya, itulah makna sesungguhnya dari “do more with less”. Tujuan dari “do more with less” bukan untuk pengurangan karyawan (meskipun konsekuensi akhir juga bisa berupa pengurangan karyawan). Melakui training and development, job enrichment, job enlargement, employee engagement, maka peningkatan produktivitas karyawan dan perusahaan akan sangat mungkin dicapai. Tetapi apa boleh buat, kecurigaan dan prasangka lebih kuat daripada fakta.
Perbedaan utama antara job enlargement dan job enrichment diwakili oleh kata kuantitas dan kualitas. Job enlargement merujuk pada kuantitas, dan job enrichment “berjodoh” dengan kualitas. Dalam job enlargement, jumlah tugas yang diperbanyak. Sedangkan dalam job enrichment, tanggung jawab yang ditingkatkan.
Job Enlargement
“Job enlargement means to add more duties, and an increased workload. By job enlargement refers to having additional duties and responsibilities in a current job description.” (www.management-hub.com)
Di sepakbola, job enlargement bisa ditemukan pada posisi back dan gelandang. Pada mulanya, job description asli dari back adalah terbatas mengamankan wilayah pertahanan. Back juga menjadi orang pertama yang bertanggung jawab mengadakan serangan balik. Sementara gelandang bertugas ganda, yaitu membantu serangan dan membantu pertahanan.
Olahraga sepakbola moderen menuntut back untuk membantu serangan, terutama dari sisi sayap. Itulah sebabnya kemudian dikenal istilah “back sayap” (wing back). Di era sepakbola moderen, seorang back yang hanya memiliki kompetensi dan kapabilitas bertahan saja (disebut sebagai back murni), kalah bersaing dengan wing back (back yang memiliki kompetensi bertahan dan membantu penyerangan sama baiknya).
Demikian juga dengan pemain gelandang. Meskipun masih ada spesialisasi gelandang bertahan dan gelandang menyerang, seorang gelandang yang memiliki kompetensi bertahan dan menyerang sama baiknya, lebih eksis dan menjadi tumpuan harapan pelatih. Singkat kata, pesepakbola yang memiliki kompetensi dan kapabilitas lengkap dan bisa ditempatkan di posisi mana saja, akan menjadi pilihan utama bagi pelatih.
Image courtesy of http://www.zonalmarking.net
Job Enrichment
“In job enrichment, the attempt is to build in to jobs a higher sense of challenge and achievement. The accumulation of achievement must lead to a felling of personal growth accompanied by a sense of responsibility”. (www.management-hub.com). Definisi lain mengatakan bahwa “the difference between jobenrichment and jobenlargement is quality and quantity. Job enrichment means improvement, or an increase with the help of upgrading and development. By job enrichment, an employee finds satisfaction in respect to their position and personal growth potential. (http://www.differencebetween.net/)
Saya “menterjemahkan” pemahaman tentang job enrichment di sepakbola adalah strategi total football yang diperagakan oleh timnas Belanda. Dalam strategi total football, semua pemain terlibat aktif dalam proses menyerang dan bertahan. Konsekuensinya, kompetensi dan kapabilitas pesepakbola dituntut lebih istimewa. Dalam total football, persyaratan untuk masuk menjadi anggota tim yang “dipersulit” (baca : ditingkatkan). Sebab, dalam total football, tanggung jawab seorang pesepakbola dinaikkan ke tingkat yang tidak dicapai oleh sembarang orang.
Engagement
Corporate Leadership Council (2004) mendifinisikan employee engagement sebagai “the extent which employees commit to something or someone in their organization, how hard they work and how long they stay as a result of that commitment.”
Employee engagement dapat terjadi di tingkat cognitive, emotional, dan perilaku (behavioral). Konrad (2006) menjelaskan sebagai berikut : “Cognitive engagement refers to employee’s beliefs about the company, its leaders and the workplace culture. The emotional aspect is how employees feel about the company, the leaders and their colleagues. The behavioral factor is the value-added component reflected in the amount of efforts employees put into their work (e.g., brainpower, extra time and energy).”
Engagement sering dihubungkan dengan employee satisfaction, employee turnover, dan employee performance. Secara umum, ada korelasi positif dan pengaruh employee engagement dengan employee satisfaction, employee turnover, dan employee performance. (Catatan Redaksi : mengenai hubungan dan pengaruh berbagai variabel tersebut, akan dijelaskan secara terpisah dalam tulisan tentang “Employee Engagement”).
Secara umum dapat dihipotesakan, bahwa semakin tinggi tingkat employee engagement, maka semakin tinggi employee satisfaction, semakin rendah tingkat employee turnover, dan semakin tinggi tingkat employee performance. Meningkatnya kinerja karyawan akan berdampak terhadap kinerja perusahaan.
***
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan job englargement, job enrichment dan employee engagement ditujukan untuk meningkatkan employee satisfaction sehingga berdampak pada produtivitas kerja setiap karyawan. Dalam konteks ini, less tidak bermakna jumlah karyawan yang lebih sedikit. Jumlah karyawan relatif sama, tetapi produktivitas kerja meningkat.
At the end of the day, jika kemudian terjadi pengurangan karyawan, itulah “harga” (baca : risiko) dari sebuah perubahan. No risk no gain. Peningkatan gain akan selalu “dikuntit” oleh risiko. Last but not least, risiko adalah keadaan yang belum tentu terjadi. Karena itu, dalam proses perbaikan apapun – termasuk dalam program-program do more with less – penting bagi manajemen perusahaan memiliki peta risiko dan mitigasi risiko yang berhubungan dengan SDM perusahaan.
No comments:
Post a Comment