Demotivasi adalah sebuah perasaan lelah, menyerah, ingin berhenti yang menetralkan motivasi, semangat, gairah dan passion yang saat ini sedang sangat dibutuhkan oleh bisnis untuk berkembang.
Setiap orang yang menjalankan rutinitas yang sama selama bertahun-tahun secara sadar atau tidak sadar akan mengalami titik jenuh yang dapat menghilangkan semangat untuk melakukan sesuatu hal atau yang jlebih dikenal sebagai demotivasi. Jika sudah dalam situasi ini, setiap orang akan memiliki perilaku yang berbeda-beda. Ada beberapa orang yang memang tidak ingin melakukan apapun dalam satu hari, ada juga yang berusaha menyibukkan diri dengan berjalan-jalan, dan ada yang mencoba curhat pada teman, sahabat maupun orang tua. Tetapi untuk saya pribadi, ketika merasa pada titik tersebut akan lebih memilih untuk duduk sendiri, menikmati kopi hitam sembari ngupil dan kadang berusaha menarik bulu hidung yang terperangkap offside.
Merujuk pada
Oxford Dictionaries.com, "
demotivate" diartikan
Make (someone) less eager to work or study atau secara bebas diterjemahkan "keadaan yang membuat seseorang kurang bersemangat untuk bekerja atau belajar". Pengertian tersebut menekankan bahwa demotivasi merupakan situasi di luar kehendak diri seseorang yang menjadi sebab utama hilangnya semangat dalam melakukan sesuatu. Lalu, bagimana jika demotivasi ini terjadi pada karyawan kantoran yang menghabiskan lebih dari 33% waktunya dalam sehari, untuk bekerja?
Dalam lingkup perusahaan, demotivasi karyawan lebih banyak didasari atas skala gaji yang rendah, beban pekerjaan, jenjang karir yang tidak jelas, ataupun konflik antara pegawai. Hal tersebut menyebabkan karyawan tidak lagi bekerja dengan semangat yang sama saat pertama kali bergabung di perusahaan, bahkan tidak sedikit yang akhirnya memutuskan untuk resign dan menyebabkan pihak perusahaan mengeluarkan cost lebih untuk kembali mencari dan mendidik ulang karyawan baru yang direkrut. Selain itu, karyawan yang mengalami demotivasi berkepanjangan juga berpotensi besar merugikan bisnis perusahaan karena pekerjaannya tidak lagi efektif dan terkesan mengabaikan awareness yang sangat diperlukan perusahaan untuk mencapai kepuasaan customer.
Sebagian besar perusahaan asing di Indonesia nampaknya sudah menyadari benar dampak dari permasalahan demotivasi karyawan tersebut, sehingga banyak dari mereka mencoba berbagai cara untuk menjaga mood karyawan saat bekerja denga melakukan survei kepuasaan internal karyawan, sampai dengan membekali pelatihan berkala bagi para leader agar lebih peka melihat permasalahan demotivasi dalam tim kerjanya.
Tugas Leader untuk Membaca Situasi, Benarkah?
Di balik standar gaji di atas rata-rata, seorang leader bukan hanya dituntut untuk menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan masalah perusahaan saja, tetapi juga bertanggung jawab untuk memberikan motivasi bagi tim kerjanya agar terus bersemangat mencapai tujuan. Dua tanggung jawab yang berbeda itu, menyebabkan beban yang besar bagi seorang leader karena di lain sisi ia harus terus memastikan konsistensi semangat bawahannya dan pada sisi lain berbeda harus bertanggung jawab dengan tuntutan perusahaan lainnya.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "motivasi sebagai lawan kata "demotivasi" diartikan sebagai
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.Artinya, peranan seorang
leader secara langsung atau tidak langsung, baik melalui kata-kata maupun perilaku, juga dapat menciptakan dorongan kepada karyawan yang mengalami demotivasi.
Tapi masalahnya, apakah demotivasi dapat dengan begitu mudah diatasi oleh seorang leader? Sementara demotivasi sendiri juga berpotensi terjadi pada setiap
leader.
Leader tidak dapat bertanggung jawab 100% dalam mengatasi masalah demotivasi karyawan, karena kadang demotivasi karyawan bukan hanya muncul dari lingkungan pekerjaan semata, tetapi juga masalah pribadi seseorang. Untuk itu, seorang leaderharus terus menerut mempraktikkan cara membangun mindset yang positif dalam setiap permasalahan yang dihadapi tim kerja, sehingga karyawan diharapkan dapat meniru gaya berpikir tersebut dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
Walaupun leader berpotensi mengalami demotivasi juga, tetapi dengan dibekali jam pelatihan yang lebih tinggi, ia diharapkan dapat lebih cepat mengatasi demotivasi pribadinya, sebelum mengatasi demotivasi bawahannya. Jika leader mengalami demotivasi berkepanjangan dan sama sekali tidak dapat mengatasinya, ditambah manajemen perusahaan yang seakan menutup mata, mungkin itu adalah pertanda bahwa anda harus bersiap meninggalkan perusahaan.