Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya (Umar, 2005:65). Seorangpelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
Selamat ulang tahun Mrs.Linawati, Semoga dalam bertambahnya umur, Semakin bertambah dewasa, semakin bertambah bijak, semakin sukses, dan semakin di berikan kebahagiaan oleh Tuhan. ….
Lomba : Minggu 21 Oktober 2018
1.Masukin paku ke botol
2.Masukin Mur kebaut
3.Makan Krupuk
Syarat ikut lomba:
Belanja 500 Rb utk satu lomba+fresh tes
Daftar 20 Rb utk satu lomba+fresh tea
Pameran :
1.Propan : 20 -21 Oktober 2018
2.Drymix
3.Sumato
4.Demo masak Teka Jam 08:00 : 20 Oktober 2018
Senam Pagi
1.tgl 20 Oktober 2018 di SBJ bsd
2.Khusus pembelian teka dapat tambahan disc 5% +Free voucher 50 Rb
Promo khusus 19 sd 21:
1. Belanja 1.5 : minyak goreng+voucher 50rb
2. Discount khusus
3. 50 Rb get 1 point
4.Khusus pembelian teka dapat tambahan disc 5% +Free voucher 50 Rb
Secara resmi, UNESCO mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia.
Tahukah anda, 80% orang memutusan beli karena emosi dan 20% orang memutuskan membeli karena logika. Untuk itu, kita akan banyak menggunakan pendekatan psikologi agar penjualan bisa maksimal (closing).
Hampir semua para pakar penjualan setuju, ada 3 Hal yang sangat penting bagi para penjual:
1.Product Knowledge
2.Selling Skill
3.Selling Attitude
[1.Product Knowledge.]
Bagaimanapun seorang penjual harus mengerti dan sangat menguasai produk yang akan ia jual, sedikit saja kelemahan ataupun ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan dari calon customer anda, maka semakin jauh harapan anda dalam menjual produk tersebut.
Dari semua proses yang panjang itu sebenarnya terdapat skill yang paling berperan penting yaitu skill komunikasi, Kemampuan anda dalam mengemas kata-kata sangatlah penting, dari mulai detik pertama anda memperkenalkan diri, membuat janji, membangun kepercayaan, mengatasi keberatan sampai dengan kata-kata penutupan. Hal ini perlu dilatih terus menerus dan cara latihan yang paling tepat adalah dengan melakukan penjualan tsb.
[3.Selling Attitude]
Attitude.
Sikap dan penampilan anda haruslah sangat meyakinkan, apabila anda menguasai produk tetapi tidak dikemas dalam penampilan yang baik maka hal inipun dapat menurunkan selera membeli calon nasabah anda.
Habit.
Kebiasaan anda haruslah diperhatikan dengan seksama, misalnya adalah masalah disiplin waktu, apabila anda mempunyai kebiasaan terlambat atau jam karet maka hindarilah, hal ini sangat fatal sekiranya anda telah mempunyai janji bertemu dengan calon nasabah anda dan seandainya anda terlambat maka kemungkinan terjadi penjualan akan menurun sebesar 90%.
Talent .
Banyak orang berpendapat bahwa menjual diperlukan bakat khusus.
Apakah menjual memang memerlukan bakat khusus?
Dari 58 orang agen asuransi berprestasi, ternyata hanya 17 orang yang mengatakan ya
Apabila bakat diartikan sebagai minat dan ambisi yang terus menerus berkembang, maka untuk menjadi penjual memang memerlukan bakat.
Pada film The Wolf of Wall Street, karakter Jordan Belford (diperankan Leonardo DiCaprio), sebagai pelatih dan motivator penjualan memberikan penanya kepada seseorang dan menyuruh orang itu untuk menjual pena tersebut kepadanya, “Jual pena ini pada saya.” Orang tersebut lalu segera mulai dengan menjelaskan fitur-fitur dari pena itu. Hasilnya tidak mengesankan. Gagal!
Jordan mengoper pena itu ke orang lain, lalu berkata, “Jual pena ini pada saya.” Lalu, orang kedua mengulangi, menjelaskan fitur-fitur dan kelebihan pena tersebut. Tak mengesankan juga, dan gagal juga.
Jordan mengoper pena ke orang ketiga dan menyuruhnya, “Jual pena ini pada saya.” Sekali lagi, orang tersebut mengulangi penjelasan orang pertama dan kedua, serta menekankan pentingnya memiliki pena berkualitas tinggi. Tak mengesankan. Gagal juga.
Bertahun-tahun sebelum menjadi pelatih dan motivator penjualan, Jordan melakukan hal yang sama kepada temannya, Brad. Malam itu, Jordan dan teman-temannya (termasuk Brad) sedang berada di pub untuk minum-minum. Jordan memberitahu pada teman-temannya walaupun Brad bukan seorang yang berpendidikan tinggi dan bahkan terlihat seperti preman.
Tapi, Brad adalah seorang penjual yang andal dan mampu menjual apa pun, ke siapa pun, dan kapan pun. Lalu, untuk membuktikan kepada teman-temannya bahwa Brad bisa melakukan hal tersebut, ia berkata pada Brad, “Brad, jual pena ini pada saya,” seraya mengoper pena ke Brad yang duduk di sisi ujung meja.
Brad mengambil pena tersebut dan menyuruh Jordan, “Tuliskan namamu di selembar kertas di depanmu.” Jordan hendak menuliskan namanya, tapi ia sedang tidak memiliki pena. Kemudian, ia melihat ke arah Brad. Brad lalu memberikan pena itu balik ke Jordan dan berkata, “Terjual!“
Itu adalah skenario sangat sederhana dan adegan yang tak lebih dari 1 menit.
Sekarang, mari kita bandingkan cara Brad menjual pena tersebut pada Jordan dan cara orang-orang lain yang sebelumnya gagal.
Kebanyakan orang selalu membicarakan soal pena. Fokus mereka hanya pada pena itu, seperti kelebihan, fitur, keuntungan, dan lain-lain. Tetapi, pembeli potensial (Jordan) tidak merasa “terhubung” karena sesuatu di dalam pikirannya adalah, “Saya tidak perlu pena.”
Jadi, mengapa pula penjual harus mengoceh nonstop tentang betapa bagusnya pena itu? Pembeli sedang tidak butuh pena. Mereka sudah membuang-buang waktu si pembeli. Pembeli malah menganggap si penjual sebagai masalah dan ingin menyingkirkan masalah tersebut sesegera mungkin.
Brad sama sekali tidak membicarakan soal pena. Ia meminta Jordan untuk menuliskan namanya pada selembar kertas. Jordan lalu menyadari bahwa ia tidak punya pena untuk menulis. Ia jadi membutuhkan pena. Ketika itu juga, Brad menawarkan solusinya, yaitu pena. Jadi, sebelum menjual pena ke Jordan, Brad menciptakan kebutuhan terlebih dahulu.
Brad menciptakan situasi dimana Jordan akhirnya membutuhkan pena. Setelah Jordan menyadari dirinya membutuhkan pena, barulah Brad menawarkan solusi. Jadi dalam kasus ini, Brad bisa menjadi solusi, bukan masalah (seperti yang diciptakan penjual lain pada umumnya).
Sebaliknya, tidak ada orang sebelumnya yang menciptakan kebutuhan akan pena. Sebelum Jordan merasa membutuhkan pena, mereka sudah duluan memintanya untuk membeli pena. Mengapa juga Jordan mau mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu yang tidak ia butuhkan? Kebanyakan orang juga tidak akan mau.
Berikut adalah kenyataan pahitnya, sekitar 90% penjual mencoba menjual produk dan jasa mereka kepada calon pembeli tanpa:
a. Mencari tahu lebih dulu apakah si calon pembeli membutuhkan produk yang ditawarkan.
b. Terlebih dahulu menciptakan kebutuhan akan suatu produk.shutterstock_188176121
Dalam contoh Brad, sebenarnya Jordan tidak membutuhkan sebuah pena. Ia sedang berada di bar dan minum-minum bersama teman-teman. Bagaimana mungkin ia bisa butuh sebuah pena? Tetapi, seorang Brad mampu menciptakan kebutuhan tersebut dengan meminta Jordan menuliskan namanya pada selembar kertas.
Bagaimana dengan Anda?
Apa yang biasanya Anda lakukan untuk mencari tahu apakah calon pelanggan Anda membutuhkan produk yang Anda jual? Pertanyaan apa yang Anda ajukan pada mereka? Apa yang harus Anda perhatikan di sekitar rumah atau kantor mereka untuk mencari tahu kebutuhan mereka terkait produk Anda?
Jika calon pelanggan tidak membutuhkan produk Anda, apa yang harus Anda perbuat untuk menyadarkan bahwa sebenarnya mereka membutuhkan produk yang Anda jual? Apakah Anda menciptakan kebutuhan dengan mengajukan pertanyaan? Dengan melakukan demonstrasi produk secara sederhana? Menunjukkan simulasi sederhana dengan laptop? Atau dengan memperlihatkan kenyataan sebenarnya?
Hanya jika calon pelanggan merasa bahwa mereka membutuhkan produk Anda, mereka baru akan membeli produk tersebut.
Dengan demikian, tugas Anda adalah mengungkapkan atau menunjukkan kebutuhan si calon pelanggan, atau menciptakan sendiri kebutuhan tersebut.
Lalu, jika Anda mampu melakukannya, barulah Anda bisa menjadi sekaya Jordan Belford, The Wolf of Wall Street.
Happy Selling!
Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan jatuh ke tangan orang lain, maka hatiku menjadi tenang.
Aku tahu bahwa tugasku tidak akan dikerjakan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengannya.
Aku tahu bahwa Allah selalu melihatku, maka aku malu jika aku menjatuhkan diriku dalam lumpur dosa.
Aku tahu bahwa ajal itu pasti datang, maka aku selalu bersiap2 menantinya.
La Tahzan
Terimalah rezeki, isteri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda hari ini dengan penuh keridhaan. Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian dan kebencian.
.
Definition List
Definition life
God grant me the serenity to accept the things I cannot change
.
the courage to change the things I can
and the wisdom to know the difference.
Support
Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan Maka, Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. La Tahzan Aidh al-Qarni.