Reporting

SelmaShafaSandhika

Lateral Thinking

Berpikir lateral, pada prinsipnya, adalah melihat masalah dari sudut pandang yang lain. Masalah tidak dipecahkan dengan metode yang sama. Cara yang lama ditinggalkan dan cara yang baru dicoba. 





Berpikir lateral (Lateral thinking) sering digunakan untuk memecahkan masalah dengan pendekatan yang berbeda.  Tidak seperti pendekatan berpikir vertikal, yang memecahkan masalah dengan berpikir logis dan  selalu benar setiap langkah, lateral thinking menggunakan pendekatan yang sama sekali baru. Berpikir logis untuk sementara disingkirkan; ide-ide dihasilkan dengan mengatur ulang informasi sedemikian rupa. Pola direstrukturisasi. 
Untuk mempermudah pemahaman mengenai apa itu lateral thinking, kita ambil contoh menggali sumur. Misalnya, seseorang, sebut saja namanya Alex, menggali sumur. Setelah menggali sampai kedalaman empat (4) meter, ia belum menemukan air.
Kemudian, ia memutuskan untuk menggali lebih dalam. Pada kedalaman lima (5) meter, ia menemukan air.

Ketika Alex memutuskan menggali sumur yang sama, dan menemukan air pada kedalaman lima (5) meter, ia berpikir vertikal. Ia memecahkan masalah dengan cara menggali sumur yang lebih dalam.

Berpikir vertikal berbeda dengan lateral thinking. Ketika Alex misalnya menggali sumur sampai ke dalaman 4 meter dan belum menemukan air, ia berhenti menggali. Kemudian, ia menggali sumur baru. Setelah menggali sampai kedalaman tiga (3) meter, ia menemukan air.
Ketika ia menggali sumur baru dan menemukan air pada kedalaman 3 meter, Alex menggunakan pikiran lateral.
Itulah secara singkat perbedaan antara berpikir vertikal dan lateral.


Share:

Meeting : Networking Mr Anton


Konsumen selalu memiliki keinginan dan kebutuhan yang selalu berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu. Adanya perubahan dalam kebutuhan dan keinginan ini sering menyebabkan perubahan juga dalam keputusan pembelian yang dilakukan konsumen, dimana perubahan ini menuntut setiap perusahaan untuk selalu dapat memiliki strategi jitu untuk membuat perusahaannya memiliki daya saing yang kuat di pasaran. Saat ini dalam hal keputusan pembelian produk maupun penggunaan jasa oleh konsumen diakui lebih selektif dan kritis. Para konsumen tidak akan secara random membeli produk hanya dengan melihat bentuk fisiknya saja, tetapi dari segi pelayanan, yang mencakup tahap sebelum pembelian dan pasca pembelian pun juga akan sangat dipertimbangkan.
Terjadinya persaingan produk yang semakin ketat serta munculnya berbagai macam produk yang memiliki keunikan dan daya saingnya masing-masing membuat para konsumen juga semakin tertarik dengan macam-macam penawaran yang mereka buat. Namun perlu diingat bahwa segala sesuatu itu ada masanya untuk mengalami kejenuhan. Seperti halnya pada produk di pasar pasti ada siklus jenuh yang mungkin sudah sering kita dengar yaitu Teori Product Life Cycle. Menurut Ricky W. Griffin (2004) Product Life Cycle (PLC) adalah suatu model yang menunjukkan bagaimana volumepenjualan suatu produk dapat berubah selama siklus hidup produk tersebut. Sementara Vincent Gaspersz (2005) mengemukakan bahwa Product life cycle (PLC) yaitu siklus hidup produk terdiri dari tahap-tahap yang dilalui oleh suatu produk dari permulaan sampai akhir. Adapun tahapan-tahapan dalam PLC menurut Hoque and James (2000), yaitu tahap Introduction. Dimana produk mulai dilauncing, penjualan produk masih rendah, dan harga produk tinggi. Kemudian Growth, yaitu tahap dimana penjualan produk meningkat secara cepat karena banyaknya promosi yang dilakukan sehingga kesadaran konsumen meningkat. Lalu tahap Maturity dimana penjualan produk sudah mencapai puncaknya dan yang terakhir yaitu Decline, adalah penjualan produk yang semakin menurun. Begitu juga halnya jika dikaitkan dengan produk yang ada di pasaran meskipun dibuat se-inovatif mungkin tetapi jika sudah melampaui titik jenuh pasti akan berkurang pula minat konsumen pada produk tersebut.
Tetapi prinsip yang harus dipegang kuat bahwa pelanggan merupakan penentu sukses tidaknya suatu organisasi bisnis dan tanpa pelanggan pula tidak mungkin bisa terbentuk sebuah bisnis. Adanya teori Product Life Cycle dapat diatasi oleh para pebisnis / pengusaha salah satunya dengan membentuk relasi dengan para pelanggannya atau yang biasa dikenal dengan sebutan Customer Relationship Management (CRM) dalam ilmu pemasaran. Menurut Buttle (2007:48) Customer Relationship Management (CRM) adalah strategi inti dalam bisnis yang mengintegrasikan proses-proses dan fungsi-fungsi internal dengan semua jaringan eksternal untuk menciptakan serta mewujudkan nilai bagi para konsumen sasaran secara profitabel”. Sedangkan menurut Temporal dan Troot (2002:7) berpendapat bahwa “CRM pada intinya merupakan kolaborasi dengan setiap konsumen yang mampu menciptakan keadaan yang tidak merugikan salah satu pihak. Kemudian menurut Kotler & Keller (2009:189) “Customer Relationship Managementmerupakan proses mengelola informasi rinci tentang masing-masing pelanggan dan secara cermat mengelola semua “titik sentuhan” pelanggan demi memaksimalkan kesetiaan pelanggan”. Intinya adalah bagaimana membangun kesetiaan pelanggan terhadap produk yang kita buat, terus berupaya untuk memotivasi pelanggan, dan meminimalisir anggapan bahwa perusahaaan bukan lagi berorientasi pada produk (product-oriented) tetapi telah berorientasi pada pelanggan (customer-oriented).
Seringkali kita dengar dan lihat terdapat ucapan “mempertahankan lebih sulit daripada meraih. Sama halnya dengan konsep CRM, yaitu mempertahankan pelanggan lebih sulit daripada mendapatkan mereka untuk pertama kalinya. Maka, perusahaan harus bisa memikirkan bagaimana cara untuk mempertahankan pelanggannya agar tingkat kehilangan pelanggan mereka kecil. Untuk mempertahankan pelanggan diperlukan suatu manajemen hubungan Pelanggan yang baik dan berkesinambungan. Metode yang dapat dilakukan untuk berupaya membina hubungan baik dengan pelanggan dalam rangka mencuri hati pelanggan adalah dengan cara menyediakan produk yang memiliki kualitas lebih baikharga yang lebih murah dibandingkan produk lain yang sejenis, waktu penyerahan yang lebih cepat, dan pelayanan yang lebih baik pula. Misalnya saja dengan memberikan voucher potongan pembelian, member card, memberikan giftset bagi konsumen yang sering berbelanja di toko mereka, dll. Dengan kata lain, perusahaan harus mampu menjadi pihak deliver values kepada pelanggannya dengan lebih baik jika dibandingkan dengan para pesaingnya serta selalu menjadi agent of maintenance bagi para pelanggan mereka.

Share:

Sistem Kontrol Inventori : Push atau Pull - Mana yang Tepat untuk Bisnis Anda?


Salah satu aspek terpenting dalam menjalankan bisnis berbasis produk,adalah mempertahankan jumlah persediaan yang tepat setiap saat.
Terlalu sedikit berarti tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan.
Terlalu banyak berarti ada potensi kerugian finansial.
Dua sistem kontrol inventari umum, yang dikenal sebagai "push" dan "pull," 
memberikan solusi menggunakan dengan dua pendekatan yang berbeda.

Sistem Dorong (Push)
Menerapkan sistem push proyeksi jangka panjang untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa terlalu banyak menimbun atau undersupplying. Setelah meramalkan permintaan apa yang akan diberikan untuk suatu periode tertentu, perusahaan akan memesan sesuai dan menjual produk ke konsumen. Perusahaan dalam industri yang stabil dan sangat dapat diprediksi cenderung berkembang dengan strategi ini lebih dari perusahaan di industri yang kurang stabil dengan prediktabilitas yang lebih rendah.
Mungkin manfaat terbesar dari sistem push adalah Anda dapat mengurangi biaya pengiriman Anda. Sistem push berkisar menempatkan pesanan yang lebih besar dan kurang sering, yang mengurangi jumlah pengiriman. Jika Anda bergantung pada distribusi asing di mana kapal dan / atau pesawat terbang terlibat, ini bisa menjadi opsi cerdas. Dengan asumsi Anda membuat proyeksi permintaan yang akurat, Anda dapat membuat konsumen senang saat menyederhanakan proses pengiriman.
Dalam hal kekurangan, proyeksi yang tidak akurat dapat dengan mudah meninggalkan Anda over atau undersupplied. Persediaan yang berlebihan dapat menyebabkan Anda mengeluarkan biaya jika Anda terpaksa menandai item. Kurangnya persediaan dapat menyebabkan kebencian di antara pelanggan dan menyebabkan hilangnya penjualan. Anda juga harus mempertimbangkan bahwa jumlah ruang gudang yang lebih besar diperlukan untuk menyimpan persediaan. Ini bisa menjadi masalah bagi toko-toko ibu-dan-pop yang tidak mampu membayar biaya overhead yang besar.

Sistem Tarik ( Pull )
Ini berbeda dari sistem push karena mengandalkan penempatan pesanan yang lebih kecil dan sering. Daripada mencoba membuat proyeksi jangka panjang, sistem penarikan lebih reaktif dan beradaptasi dengan tren pembelian konsumen saat mereka berkembang. Banyak perusahaan yang menerapkan bentuk inventarisasi ini memantau statistik secara real time untuk membuat keputusan yang paling terdidik ketika memesan persediaan.
Teknologi perangkat lunak yang canggih akan menganalisis data untuk memberikan wawasan tentang persediaan yang harus dipesan, dan berapa banyak yang Anda perlukan. Ini cenderung menjadi pilihan cerdas untuk bisnis di industri yang kurang stabil di kali.

Keuntungan utama dari sistem penarikan adalah Anda harus dapat dengan mudah memenuhi permintaan konsumen tanpa memiliki banyak persediaan yang tersisa. Jika suatu produk tiba-tiba tumbuh atau menurun popularitasnya, Anda dapat beradaptasi. Ini harus membuat pelanggan senang dan mencegah kebutuhan untuk menandai item tertentu.
Di sisi lain, ada dua kontra utama dengan sistem ini. Pertama, biaya pengiriman Anda bisa tinggi. Ini bisa menjadi masalah ketika pusat distribusi Anda berada di lokasi yang jauh. Masalah lainnya adalah pembelian barang yang berlebihan selama periode kecil dapat membuat Anda kehabisan stok untuk sementara waktu.
Karena Anda menempatkan pesanan yang lebih kecil, itu bisa membuat Anda tidak siap jika popularitas suatu produk tiba-tiba melonjak. Jika pemasok Anda tidak bisa mendapatkan pesanan tepat waktu, itu dapat meninggalkan Anda dalam keadaan darurat dengan pelanggan yang marah yang mungkin membawa bisnis mereka ke tempat lain.

Memilih sistem kontrol inventaris untuk bisnis Anda akan bergantung pada beberapa faktor,
1.       Skala Penjualan,
2.       Tingkat persediaan Min-Max,
3.       Permintaan Toko/konsumen,
4.       Gudang Penyimpanan.

Berkat kemajuan teknologi dan analisis prediktif, kedua sistem dapat diimplementasikan dengan efisiensi yang lebih baik daripada di masa lalu. Dengan memilih yang tepat untuk bisnis Anda, Anda dapat menyimpan rak yang ditebar dan pelanggan senang sambil meminimalkan biaya pengiriman dan meningkatkan margin keuntungan.



Share:

Slide : Mix Ingridients

Share:

Meeting : Acme707

Pada strategi bisnis perusahaan, secara komprehensip juga memuat strategi pengembangan SDM. Salah satu strategi di bidang pengembangan SDM adalah dengan melakukan Training &Development, bahkan bagi perusahaan yang sudah cukup besar, sebaiknya memiliki bagian T&D tersendiri, yang “in line” dengan strategi pengembangan Sumber Daya manusia.
Pengertian Training and Development
Pengertian training and development menurut Randall S. Schuler (1998:386), yang dikutip oleh Said Haryadi, sebagai berikut
“Employee training and development is any attempt to improve current or future employee performance by increasing an employee’s ability to perform”
Said Haryadi menjelaskan, bahwa dalam training & development, dikenal adanya pengembangan Level Organisasi dan Level Individu. Pengembangan level organisasi terkait dengan kebutuhan suksesi, dan bertujuan untuk mempersiapkan kandidat agar sukses pada posisi yang akan datang. Pengembangan level individu terkait dengan kebutuhan peningkatan kinerja individu pada posisi saat ini, dan bertujuan membantu karyawan untuk sukses pada posisi saat ini.
Pada suatu perusahaan, umumnya pengembangan level organisasi, disatukan dalam bagian strategi pengembangan SDM. Pengembangan dilakukan pada kandidat yang telah mengikuti proses assessment center, dan telah diketahui hasilnya bahwa kandidat memiliki potensi untuk dikembangkan dan sukses pada suatu target posisi tertentu. Pengembangan pada kandidat ini, dilakukan pada kompetensi yang belum memenuhi standar pencapaian yang ditentukan.
Sedangkan pengembangan level individu, dilakukan sebagai follow up dari penilaian kinerja individu, dan dilakukan setelah diketahui pencapaian kinerja individu dan pada level kompetensi mana yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kinerja individu tersebut.
Program pengembangan
Program pengembangan dituangkan dalam formulir IDP (Individual Development Plan). IDP ini diperoleh dari hasil assessment center, bahwa seorang kandidat memerlukan pengembangan dibidang apa saja. Dalam aktivitas pengembangan, atasan kandidat berperan aktif dalam merencanakan, mengarahkan, memonitor, dan melaksanakan pengembangan dan memberikan motivasi pada kandidat.
Evaluasi pengembangan dilakukan oleh atasan kandidat pada waktu yang telah disepakati dalam IDP, dan mengikuti petunjuk yang telah disediakan dalam Rencana Aktivitas Pengembangan. Apabila dari hasil evaluasi, kandidat belum memenuhi standar pencapaian yang ditetapkan, kandidat diminta untuk melakukan aktivitas remedial.
Aktivitas pengembangan
Aktivitas pengembangan sebaiknya dituangkan dalam rencana aktivitas, serta dimonitor pelaksanaannya. Contoh aktivitas pengembangan, sebagaimana penjelasan Said Haryadi, pada suatu perusahaan, dapat dilihat pada contoh berikut:
  1. Couching and Counseling. Diberikan oleh atasan langsung secara berkesinambungan, terencana dan disusun sedemikian rupa sehingga meningkatkan ketrampilan yang berkaitan dengan tanggung jawab pegawai yang bersangkutan.
  2. On the job training. Pelatihan terstruktur yang tujuan pembelajarannya dicapai dalam lingkungan kerja, dan menjalankan tugas-tugas pekerjaan
  3. Job enrichment. Pemberian tanggung jawab tambahan, melakukan tugas dari tingkat yang lebih tinggi. Pada umumnya berantai, manajer menerima sebagian tanggung jawab atasannya, yang melimpahkan beberapa tanggung jawab kepada bawahan.
  4. Penugasan (assignment). Pegawai diberikan tugas untuk mendapatkan kemampuan tertentu secara mendalam, yang penting bagi pegawai maupun perusahaan.
  5. Penugasan sebagai anggota tim. Pegawai akan mengembangkan ketrampilan bekerja sama dan belajar dari kemampuan yang diterapkan anggota lain dari tim
  6. Menggantikan petugas lain secara temporer. Dengan menggantikan pegawai lain yang menjalani cuti atau sebab lain, seorang pegawai dapat mengembangkan kemampuannya dalam perusahaan, dalam fungsi yang berbeda. Penugasan ini juga berguna untuk menguji dan menerapkan kemampuan pegawai dalam situasi dan kondisi yang berbeda, berisiko rendah, dalam jangka waktu pendek, akan membantu mengembangkan fleksibilitas pegawai.
  7. Promosi temporer. Dilakukan dengan cara menunjuk pegawai secara temporer untuk memegang posisi yang lowong karena pejabat permanen sakit atau sebab lain.
  8. Program akademis. Pegawai ditunjuk mengikuti pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi, baik di dalam atau di luar negeri, untuk memberikan wawasan yang lebih luas dan kepentingan membangun jaringan.
  9. Executive Development Program. Pegawai mengikuti program belajar yang diselenggarakan oleh Sekolah Bisnis atau Asosiasi Profesi, untuk mendapatkan pengalaman, nilai dan ide-ide.
  10. Self Learning. Belajar mandiri dengan membaca informasi dari berbagai media dan sumber informasi.
  11. Internal workshop. Pegawai mengikuti berbagai program training di dalam perusahaan guna meningkatkan ketrampilan manajerial.
  12. Lokakarya, seminar, konvensi. Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan pada tema/bidang tertentu.
Demikian contoh aktivitas pengembangan yang dapat disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dipangku oleh pemegang jabatan, pada masing-masing perusahaan.


Share:

Formula 2019 = 8,03 % + 1[%PA]


Y: Varible dependent, 8,03% : interception, 1:sloop, %PA [skor Kpi+Kompetensi perilaku]: Variable independent,

pengaruh antar variabel prediktor terhadap variabel kriteriumnya atau meramalkan pengaruh variabel prediktor terhadap variabel kriteriumnya. 

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 memang sengaja dirancang agar UMP otomatis naik tiap tahun. Pasal 44 ayat 1 dalam PP itu mengatur, peningkatan nilai UMP tiap tahun berdasarkan formula penambahan dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi nasional.









Share:

Strategy Management : Core Competencies

Kompetensi inti adalah keunikan dan keunggulan yang sulit ditiru oleh pihak lain. Ini adalah tentang energi yang terpancar melalui pengetahuan, cara, gaya, dan kemampuan yang meninggikan kualitas seseorang





Kompetensi inti (Core Competence) adalah kemampuan menguasai sebuah pekerjaan secara total berdasarkan nilai-nilai pribadi ataupun nilai-nilai perusahaan, baik secara spiritual maupun ritual. Artinya, Anda dengan kompetensi inti mampu menentukan proses kerja terbaik, menentukan arah yang benar, membuat keputusan yang tepat, dan bertindak mewujudkan pekerjaan tersebut dengan kemampuan total berdasarkan nilai-nilai yang sudah menyatu secara holistik ke dalam diri Anda. Dalam hal ini; hati, pikiran, jiwa, dan tubuh menyatu dalam integritas dan akuntabilitas, untuk mewujudkan hasil akhir terbaik dari pekerjaan yang Anda kuasai dengan sepenuh hati.
Dalam perusahaan, selalu ada core values yang dimaksudkan untuk membentuk core competence. Core competence karyawan yang bersumber dari core values terlihat melalui etos kerja dan keterampilan kerja karyawan. Internalisasi core values perusahaan menjadi core competence karyawan bukanlah pekerjaan mudah. Diperlukan latihan, pencerahan, dan sistem yang membiasakan karyawan untuk memiliki core competence dari core values perusahaan. Biasanya, untuk membuat karyawan memiliki core competence dari core values perusahaan membutuhkan waktu, kesabaran, disiplin, ketekunan, dan moralitas yang tinggi.
Core competence atau kompetensi inti dihasilkan dari pembelajaran dan pengalaman yang lama, dan kompetensi inti ini sudah berwujud di dalam intuisi. Jadi, core competence seolah menjadi gaya atau cara Anda dalam menjalankan usaha atau pekerjaan, yang unik dan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh siapapun.
Core competence membedakan antara satu usaha dengan usaha yang lain. Misalnya, Anda mengunjungi beberapa bank, lalu Anda merasakan perbedaan pelayanan dari satu bank dengan bank yang lainnya. Padahal, semua bank tersebut sudah memiliki standar operasional yang sama, dan rasa beda yang Anda rasakan itulah bersumber dari core competence. Jadi, core competence ini adalah nilai-nilai yang membentuk rahasia dari kesuksesan sebuah usaha. Nilai-nilai dalam core competence tidak lagi berdiri sendiri, tetapi melebur dan menyatu dalam satu energi yang sifatnya holistik, sehingga tidak semua orang bisa mengkloning atau mengcopynya untuk diterapkan pada usaha lain.
Contoh lain: di sebuah lokasi ada lima rumah makan yang sama menu makanannya, Anda dan banyak orang paling suka dan merasa paling cocok dengan salah satunya. Rasa paling cocok yang Anda dan orang-orang rasakan tersebut bersumber dari core competence rumah makan tersebut. Intinya, core competence menghasilkan rahasia dapur, sehingga tidak mudah dikloning oleh orang lain. Hal ini menciptakan keunggulan dalam kompetisi bisnis. Jadi, para pesaing tidak mudah mengalahkan usaha yang terbentuk dari core competence. Usaha yang dijalankan dengan core competence selalu unggul untuk meningkatkan keberhasilan bisnisnya.
Core competence tidak bisa dimiliki secara instan, dia hanya dapat dimiliki setelah Anda melewati berbagai jenis proses dan pengalaman, lalu menemukan makna suci dari pekerjaan yang Anda lakukan. Termasuk, Anda memiliki semangat yang tinggi dan cinta yang mendalam terhadap pekerjaan atau bisnis yang Anda kerjakan.
Mengembangkan core competence memerlukan kerja sangat keras, kemampuan untuk menggunakan nilai-nilai secara konsisten dalam menemukan solusi terbaik, dan terus-menerus menekuni dan mengembangkan pekerjaan atau bisnis secara berkelanjutan.
Sebuah bisnis atau pekerjaan yang dilandasi oleh core competence selalu menawarkan sesuatu yang unik dan unggul. Pelanggan selalu bersedia membelih dan membayar lebih untuk sesuatu yang unik dan unggul. Jadi, perusahaan yang mengembangkan sumber daya manusianya dengan core competence sesuai strategi perusahaan akan melakukan hal-hal yang kreatif, unik, dan mampu mempengaruhi pelanggan untuk membeli lebih banyak.
Core competence sangat dibutuhkan untuk membangun keunggulan kompetitif berkelanjutan. Karyawan-karyawan dengan core competence selalu memiliki keahlian untuk memenangkan kompetisi bisnis. Ini seperti memiliki tim bermental pemenang yang selalu kreatif untuk memenangkan target bisnis. Di samping itu, mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki menjadi lebih berkualitas dan lebih siap memenangkan kompetisi.


Share:

Hasan Al-Bashri

  1. Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan jatuh ke tangan orang lain, maka hatiku menjadi tenang.
  2. Aku tahu bahwa tugasku tidak akan dikerjakan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengannya.
  3. Aku tahu bahwa Allah selalu melihatku, maka aku malu jika aku menjatuhkan diriku dalam lumpur dosa.
  4. Aku tahu bahwa ajal itu pasti datang, maka aku selalu bersiap2 menantinya.

La Tahzan

Terimalah rezeki, isteri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda hari ini dengan penuh keridhaan. Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian dan kebencian. .

Definition List

Definition life
God grant me the serenity to accept the things I cannot change .
the courage to change the things I can
and the wisdom to know the difference.

Support

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan Maka, Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. La Tahzan Aidh al-Qarni.